crow-post.blogspot.com
free web site traffic and promotion

Pemuda sebagai Motor Perubahan untuk Indonesia yang Lebih Baik

0 comment

            Kamis (31/10), Program Studi Ekonomi Islam bekerja sama dengan FORDEBI (Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam) dan PKEBI mengadakan Kuliah Tamu bertajuk “Berbuat untuk Indonesia, Mengabdi untuk Negeri” dengan pemateri Anies Baswedan Ph.D.. Kegiatan yang diadakan di Aula Gedung Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini dihadiri oleh ratusan peserta. Bahkan sekitar satu jam sebelum kedatangan Anies Baswedan Ph.D. , para peserta telah berdatangan. Dan ketika sang pemateri memasuki Ruang Kuliah Tamu, peserta tampak memenuhi nyaris semua sudut di dalam ruangan tersebut.

            Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dekan yang diwakili oleh Ketua Program Doktor Jurusan Akuntansi, Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak.. Beliau menjelaskan mengenai cikal bakal pembentukan Program Studi bernafaskan Islami yang diawali dengan Program Konsentrasi pada Jurusan, hingga menjadi suatu Program Studi tersendiri sejak 3 Tahun yang lalu. “Merupakan suatu hal yang positif, FEB dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang memiliki Ilmu Pengetahuan yang bernuansa nilai-nilai Islami”, ujar Beliau. Keprihatinan terhadap Indonesia yang tengah mengalami sejumlah peristiwa negatif juga Beliau tunjukan pada kesempatan kali ini. “Indonesia sedang mengalami Bencana Moralitas Bangsa”, lanjut Beliau. Universitas Brawijaya memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kondisi ini dengan melahirkan sarjana-sarjana yang ber-Ahlak baik. Sebelum mengakhiri sambutannya, Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak. berpesan, “Kita harus memulai dari diri sendiri untuk melakukan perubahan kearah yang baik. Karena apabila Kita baik, maka akan berpengaruh pada teman-teman dekat, lalu akan berpengaruh pula pada lingkup yang lebih luas”.

Indonesia Tanggung Jawab Kita, Kawan! (sebuah kutipan dari Buletin EM-UB edisi Oktober 2013)

0 comment
Bambu runcing kita tak cukup mampu untuk melawan berbagai persenjataan mutakhir milik penjajah di jaman itu. Terlebih lagi perjuangan bangsa Indonesia masih terpecah, tanpa adanya komando penyatu kekuatan para pejuang yang rela mati demi mewujudkan Indonesia yang merdeka. “Merdeka ataoe Mati”, semboyan yang senantiasa didengungkan dengan lantang tanpa gentar. Itulah salah satu bentuk semangat patriotisme yang terus menerus berkobar di dalam dada, semangat berjuang tanpa pamrih.

Sekitar 85 tahun lalu, Waltervreden (sekarang Jakarta), 27 - 28 Oktober 1928 diadakan suatu kongres pemuda yang merupakan cikal bakal persatuan Indonesia. Berawal dari kongres inilah para pemuda Indonesia merapatkan barisan, sadar akan pentingnya bersatu. Bukan hanya dari Jawa, namun dari seluruh Indonesia. Bukan hanya kaum pribumi, akan tetapi dari berbagai etnis. Tanpa peduli darimana berasal, acuhkan SARA dan lupakan status sosial. Dalam Kongres ini, Pemuda Indonesia mengikrarkan Bertumpah Darah Satu, Tanah Air Indonesia; Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia; dan Menjujung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Terbukti, dari persatuan itulah Ibu Pertiwi berhasil merdeka.

follow me on twitter @azmfaiz

0 comment
Copyright © Crow - Post