Kamis
(31/10), Program Studi Ekonomi Islam bekerja sama dengan FORDEBI (Forum Dosen
Ekonomi dan Bisnis Islam) dan PKEBI mengadakan Kuliah Tamu bertajuk “Berbuat untuk Indonesia, Mengabdi untuk
Negeri” dengan pemateri Anies Baswedan Ph.D.. Kegiatan yang diadakan di
Aula Gedung Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini dihadiri oleh
ratusan peserta. Bahkan sekitar satu jam sebelum kedatangan Anies Baswedan
Ph.D. , para peserta telah berdatangan. Dan ketika sang pemateri memasuki Ruang
Kuliah Tamu, peserta tampak memenuhi nyaris semua sudut di dalam ruangan
tersebut.
Kegiatan
ini diawali dengan sambutan dari Dekan yang diwakili oleh Ketua Program Doktor
Jurusan Akuntansi, Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak.. Beliau
menjelaskan mengenai cikal bakal pembentukan Program Studi bernafaskan Islami
yang diawali dengan Program Konsentrasi pada Jurusan, hingga menjadi suatu Program
Studi tersendiri sejak 3 Tahun yang lalu. “Merupakan suatu hal yang positif,
FEB dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang memiliki Ilmu Pengetahuan yang
bernuansa nilai-nilai Islami”, ujar Beliau. Keprihatinan terhadap Indonesia
yang tengah mengalami sejumlah peristiwa negatif juga Beliau tunjukan pada
kesempatan kali ini. “Indonesia sedang mengalami Bencana Moralitas Bangsa”,
lanjut Beliau. Universitas Brawijaya memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki
kondisi ini dengan melahirkan sarjana-sarjana yang ber-Ahlak baik. Sebelum
mengakhiri sambutannya, Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak. berpesan,
“Kita harus memulai dari diri sendiri untuk melakukan perubahan kearah yang
baik. Karena apabila Kita baik, maka akan berpengaruh pada teman-teman dekat,
lalu akan berpengaruh pula pada lingkup yang lebih luas”.
Kemudian
acara dilanjutkan penyampaian materi awal oleh Dr. Aji Dedi Mulawarman, SP.,
MSA.. Indonesia memiliki beberapa tonggak-tonggak perubahan dalam sejarah
perkembangannya. Contohnya pada tahun 1928, 1945, 1965 dan 1998. Namun
perubahan yang terjadi umumnya bersifat siklik. Di era modern ini, Kita memiliki
tantangan tersendiri. Kerusuhan sosial, kriminalitas, korupsi, ketidakadilan
hukum, semakin menumpuknya hutang negara dan berbagai hal negatif lainnya.
Belum lagi pada tahun 2015, Indonesia akan menghadapi AEC (Asean Economic Community). Permasalahan lingkungan hidup tak
ketinggalan menghadang perkembangan Indonesia dengan berbagai bencana alam dan
cuaca ekstrim. Terlebih lagi dengan adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan
pendidikan, semakin menambah masalah bagi Negeri ini. “Kita dihadapkan pada
situasi yang sangat rumit dengan permasalahan sangat kompleks, berbeda dengan
masa lalu. Namun ada hal yang sama, yakni perubahan”, tegas Beliau. Perubahan
yang ada saat ini masih bersifat siklik dan relatif statis, seharusnya
perubahan yang Kita lakukan bersifat Dinamis. Tidak hanya teknis atau praktis,
tetapi ada value dalam perubahan itu.
Perlu ada nilai-nilai Subtansial yang terkandung.
Perlu diingat pula bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sejarah Indonesia dimotori oleh para
pemuda, karena pemuda memiliki progresifitas yang luar biasa. Saat ini, pemuda
juga harus turun tangan menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Jangan hanya
mengeluh dan mementingkan diri sendiri. Budi Utomo didirikan oleh Soetomo pada
saat berusia 20 tahun, Indische Partij didirikan oleh Ki Hajar Dewantara juga
pada saat berusia 20 tahun, dan Moh. Hatta memimpin Perhimpunan Indonesia di
Belanda pada saat berusia 21 tahun. “Kalian para mahasiswa peserta Kuliah Tamu
ini rata-rata berusia 20 tahun, pernahkah Kalian memikirkan negara ini harus
dibawa kemana?”, tanya Beliau. Pemuda-pemuda turut bertanggung jawab pada
Negeri ini, maka jangan hanya diam, segera ikut turun tangan. Tirulah para
pemuda-pemuda inspiratif Indonesia di masa lalu yang telah berjuang demi
Indonesia. “Jangan jadi buih di lautan, jadilah ombak yang menggulung lautan”,
pesan Beliau menutup materinya.
Berlanjut
ke acara inti, yakni penyampaian materi dari Anies Baswedan Ph.D.. Beliau
membuka sesi ini dengan sedikit senda gurau untuk lebih mengakrabkan diri
dengan para peserta kuliah tamu. “Ketika berbicara mengenai Indonesia,
masyarakat kita lebih banyak mengeluh daripada bersyukur”, ucap Beliau membuka
materinya. Membicarakan tentang masalah yang ada di Indonesia, tentunya korupsi
dan penyalahgunaan narkoba tidak dapat kita kesampingkan. Kedua masalah ini
telah lama menggerogoti Indonesia. Oknum-oknum yang terlibat dalam permasalahan
tersebut juga berasal dari berbagai kalangan. Bukan hal baru lagi melihat berita
tentang sejumlah anak muda, bahkan oknum pejabat terjerat kedua permasalahan
tersebut.
Namun Indonesia memilik
hal baru yang bersifat positif, yakni anak-anak muda yang dengan berani
memberantas korupsi. Teranyar, Ketua Mahkamah Konstitusi berinisial AM berhasil
ditangkap basah oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Dan ternyata yang
menangkap basah adalah pemuda-pemuda di KPK yang berusia sekitar 30 tahun. Anies
Baswedan Ph.D. pernah datang ke KPK, dan ketika itulah Beliau tahu bahwa
pemuda-pemuda dia KPK tidak takut mati dalam memberantas tindak pidana korupsi.
Mereka pernah mengalami sangat dekat dengan mati, sehingga tiada lagi rasa
gentar dalam menghadapi korupsi. “Bayangkan peluru melewati atas kepala kalian
hingga menyentuh rambut, mereka pernah mengalami itu. That’s the good news of Indonesia. Sepanjang sejarah Indonesia,
belum pernah ada usaha memerangi korupsi sebesar saat ini”, ucap Beliau memuji
pemuda-pemuda tersebut. Praktek korupsi yang terjadi di berbagai institusi
bukan hal baru, tetapi ditangkapi dan ada yang ada ditangkap basah adalah hal
baru, dan hal baru tersebut dilakukan oleh para pemuda yang berani mengambil
sikap, berani mempertahankan idealismenya dan terus menerus Berbuat untuk Indonesia, Mengabdi untuk Negeri.
Tidak ada satupun dari
kita yang mengenal siapa nama-nama pemuda tersebut. Inilah pejuang-pejuang
pemberantas korupsi. Pemuda seperti merekalah yang berpotensi menjadi sejarah.
Pemuda yang memprakarsai Sumpah Pemuda, pada saat itu belum tentu sadar bahwa
mereka tengah membuat suatu sejarah bagi Indonesia. Mereka hanya ingin
melakukan hal yang menurut mereka benar, hal yang menurut mereka tepat. Membuat
sejarah baru akan disadari ketika para sejarahwan menengok ke belakang. “Tugas
Kita saat ini bukan hanya mempelajari sejarah. Pemuda bukan hanya mempelajari
sejarah, pemuda juga harus membuat
sejarah”, pesan Beliau pada para peserta kuliah tamu. Kita jangan hanya
berasumsi akan ada orang lain yang memikirkan atau mengurus negeri ini, kini
saatnya Kita anak-anak muda mengambil alih kepemilikan atas masalah. Apabila
tidak merasa memiliki masalah yang ada di Bangsa ini, Kita tidak akan melakukan
apa-apa. “Saat ini praktek-praktek penyalahgunaan anggaran berjalan dengan
biasa karena kita tak peduli”, ucap Anies Baswedan Ph.D.. Permasalahan di
Bangsa ini akan semakin rumit dan kompleks bukan karena orang jahat, namun
karena orang-orang baik memilih diam dan mendiamkan.
Tantangan
terbesar saat ini adalah apabila ingin menang di masa depan, maka kompetisi
yang kita hadapi adalah kompetisi sumber daya manusia. Indonesia kini kalah
bukan karena tidak mampu, namun karena tidak mempersiapkan diri. Anak-anak di
Indonesia yang masuk SD tiap tahun berjumlah sekitar 5,6 juta pertahun,
sedangkan yang lulus SMA berjumlah sekitar 2,3 juta per tahun dan lulusan
perguruan tinggi berjumlah sekitar 1,1 juta hingga 1,3 juta. “Berapa juta yang
hilang di jalan? Apakah dengan kondisi pendidikan seperti ini kita akan
bersaing dengan dunia?” tegas Beliau. Negara ini perlu lebih fokus pada
pengembangan kompetensi manusianya, terutama bagi para pemuda, karena jika
manusia-manusia Indonesia berkualitas, Indonesia akan mampu berbicara banyak di
pentas Internasional.
”We have to do some thing, we have to act”
tegas Beliau menutup materinya. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada
saat sesi tanya jawab, Anies Baswedan Ph.D. kembali berpesan bahwa pemuda harus
senantiasa berpikir positif dan juga berpikir out of the box atau dengan pandangan yang berbeda namun tetap
positif. Sehingga akan muncul ide-ide dan terobosan-terobosan baru untuk
Indonesia yang lebih baik. Jangan memilih jalan yang datar, apalagi jalan yang
menurun karena itu nyaman. Anda harus memilih jalan yang mendaki dan berat
karena dengan begitu Anda akan sampai di puncak-puncak baru. Anda juga harus
memiliki integritas, yakni berkata, bersikap dan bertindak jujur serta berpihak
pada nilai yang benar dan kepentingan publik. “Jadilah Kita orang yang baik,
sehingga kita dapat membuat sejarah yang baik bagi Indonesia”, pesan moderator
Dr. Asfi Manzilati, SE., ME. ketika menutup sesi materi.
Sebelum
menutup kegiatan ini, pembawa acara sempat memberi pernyataan, “Jika Kita ingin
suatu Bangsa di masa yang akan datang, lihatlah pemudanya saat ini. Oleh karena
itu Kita memiliki tanggung jawab yang besar untuk Indonesia tercinta dengan
terus bergerak dan terus peduli untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi”.
Maka dari itu para pemuda segeralah peduli, berpikir dan bergerak untuk
kepentingan bersama, untuk negeri Kita tercinta, demi terwujudnya Indonesia
yang lebih baik. “Berbuat untuk
Indonesia, Mengabdi untuk Negeri”.
0 comment:
Posting Komentar