crow-post.blogspot.com
free web site traffic and promotion

Pemuda sebagai Motor Perubahan untuk Indonesia yang Lebih Baik


            Kamis (31/10), Program Studi Ekonomi Islam bekerja sama dengan FORDEBI (Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam) dan PKEBI mengadakan Kuliah Tamu bertajuk “Berbuat untuk Indonesia, Mengabdi untuk Negeri” dengan pemateri Anies Baswedan Ph.D.. Kegiatan yang diadakan di Aula Gedung Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini dihadiri oleh ratusan peserta. Bahkan sekitar satu jam sebelum kedatangan Anies Baswedan Ph.D. , para peserta telah berdatangan. Dan ketika sang pemateri memasuki Ruang Kuliah Tamu, peserta tampak memenuhi nyaris semua sudut di dalam ruangan tersebut.

            Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dekan yang diwakili oleh Ketua Program Doktor Jurusan Akuntansi, Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak.. Beliau menjelaskan mengenai cikal bakal pembentukan Program Studi bernafaskan Islami yang diawali dengan Program Konsentrasi pada Jurusan, hingga menjadi suatu Program Studi tersendiri sejak 3 Tahun yang lalu. “Merupakan suatu hal yang positif, FEB dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang memiliki Ilmu Pengetahuan yang bernuansa nilai-nilai Islami”, ujar Beliau. Keprihatinan terhadap Indonesia yang tengah mengalami sejumlah peristiwa negatif juga Beliau tunjukan pada kesempatan kali ini. “Indonesia sedang mengalami Bencana Moralitas Bangsa”, lanjut Beliau. Universitas Brawijaya memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kondisi ini dengan melahirkan sarjana-sarjana yang ber-Ahlak baik. Sebelum mengakhiri sambutannya, Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Ak. berpesan, “Kita harus memulai dari diri sendiri untuk melakukan perubahan kearah yang baik. Karena apabila Kita baik, maka akan berpengaruh pada teman-teman dekat, lalu akan berpengaruh pula pada lingkup yang lebih luas”.


            Kemudian acara dilanjutkan penyampaian materi awal oleh Dr. Aji Dedi Mulawarman, SP., MSA.. Indonesia memiliki beberapa tonggak-tonggak perubahan dalam sejarah perkembangannya. Contohnya pada tahun 1928, 1945, 1965 dan 1998. Namun perubahan yang terjadi umumnya bersifat siklik. Di era modern ini, Kita memiliki tantangan tersendiri. Kerusuhan sosial, kriminalitas, korupsi, ketidakadilan hukum, semakin menumpuknya hutang negara dan berbagai hal negatif lainnya. Belum lagi pada tahun 2015, Indonesia akan menghadapi AEC (Asean Economic Community). Permasalahan lingkungan hidup tak ketinggalan menghadang perkembangan Indonesia dengan berbagai bencana alam dan cuaca ekstrim. Terlebih lagi dengan adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan pendidikan, semakin menambah masalah bagi Negeri ini. “Kita dihadapkan pada situasi yang sangat rumit dengan permasalahan sangat kompleks, berbeda dengan masa lalu. Namun ada hal yang sama, yakni perubahan”, tegas Beliau. Perubahan yang ada saat ini masih bersifat siklik dan relatif statis, seharusnya perubahan yang Kita lakukan bersifat Dinamis. Tidak hanya teknis atau praktis, tetapi ada value dalam perubahan itu. Perlu ada nilai-nilai Subtansial yang terkandung.

Perlu diingat pula bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam sejarah Indonesia dimotori oleh para pemuda, karena pemuda memiliki progresifitas yang luar biasa. Saat ini, pemuda juga harus turun tangan menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Jangan hanya mengeluh dan mementingkan diri sendiri. Budi Utomo didirikan oleh Soetomo pada saat berusia 20 tahun, Indische Partij didirikan oleh Ki Hajar Dewantara juga pada saat berusia 20 tahun, dan Moh. Hatta memimpin Perhimpunan Indonesia di Belanda pada saat berusia 21 tahun. “Kalian para mahasiswa peserta Kuliah Tamu ini rata-rata berusia 20 tahun, pernahkah Kalian memikirkan negara ini harus dibawa kemana?”, tanya Beliau. Pemuda-pemuda turut bertanggung jawab pada Negeri ini, maka jangan hanya diam, segera ikut turun tangan. Tirulah para pemuda-pemuda inspiratif Indonesia di masa lalu yang telah berjuang demi Indonesia. “Jangan jadi buih di lautan, jadilah ombak yang menggulung lautan”, pesan Beliau menutup materinya.

            Berlanjut ke acara inti, yakni penyampaian materi dari Anies Baswedan Ph.D.. Beliau membuka sesi ini dengan sedikit senda gurau untuk lebih mengakrabkan diri dengan para peserta kuliah tamu. “Ketika berbicara mengenai Indonesia, masyarakat kita lebih banyak mengeluh daripada bersyukur”, ucap Beliau membuka materinya. Membicarakan tentang masalah yang ada di Indonesia, tentunya korupsi dan penyalahgunaan narkoba tidak dapat kita kesampingkan. Kedua masalah ini telah lama menggerogoti Indonesia. Oknum-oknum yang terlibat dalam permasalahan tersebut juga berasal dari berbagai kalangan. Bukan hal baru lagi melihat berita tentang sejumlah anak muda, bahkan oknum pejabat terjerat kedua permasalahan tersebut.

Namun Indonesia memilik hal baru yang bersifat positif, yakni anak-anak muda yang dengan berani memberantas korupsi. Teranyar, Ketua Mahkamah Konstitusi berinisial AM berhasil ditangkap basah oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Dan ternyata yang menangkap basah adalah pemuda-pemuda di KPK yang berusia sekitar 30 tahun. Anies Baswedan Ph.D. pernah datang ke KPK, dan ketika itulah Beliau tahu bahwa pemuda-pemuda dia KPK tidak takut mati dalam memberantas tindak pidana korupsi. Mereka pernah mengalami sangat dekat dengan mati, sehingga tiada lagi rasa gentar dalam menghadapi korupsi. “Bayangkan peluru melewati atas kepala kalian hingga menyentuh rambut, mereka pernah mengalami itu. That’s the good news of Indonesia. Sepanjang sejarah Indonesia, belum pernah ada usaha memerangi korupsi sebesar saat ini”, ucap Beliau memuji pemuda-pemuda tersebut. Praktek korupsi yang terjadi di berbagai institusi bukan hal baru, tetapi ditangkapi dan ada yang ada ditangkap basah adalah hal baru, dan hal baru tersebut dilakukan oleh para pemuda yang berani mengambil sikap, berani mempertahankan idealismenya dan terus menerus Berbuat untuk Indonesia, Mengabdi untuk Negeri.

Tidak ada satupun dari kita yang mengenal siapa nama-nama pemuda tersebut. Inilah pejuang-pejuang pemberantas korupsi. Pemuda seperti merekalah yang berpotensi menjadi sejarah. Pemuda yang memprakarsai Sumpah Pemuda, pada saat itu belum tentu sadar bahwa mereka tengah membuat suatu sejarah bagi Indonesia. Mereka hanya ingin melakukan hal yang menurut mereka benar, hal yang menurut mereka tepat. Membuat sejarah baru akan disadari ketika para sejarahwan menengok ke belakang. “Tugas Kita saat ini bukan hanya mempelajari sejarah. Pemuda bukan hanya mempelajari sejarah, pemuda juga harus  membuat sejarah”, pesan Beliau pada para peserta kuliah tamu. Kita jangan hanya berasumsi akan ada orang lain yang memikirkan atau mengurus negeri ini, kini saatnya Kita anak-anak muda mengambil alih kepemilikan atas masalah. Apabila tidak merasa memiliki masalah yang ada di Bangsa ini, Kita tidak akan melakukan apa-apa. “Saat ini praktek-praktek penyalahgunaan anggaran berjalan dengan biasa karena kita tak peduli”, ucap Anies Baswedan Ph.D.. Permasalahan di Bangsa ini akan semakin rumit dan kompleks bukan karena orang jahat, namun karena orang-orang baik memilih diam dan mendiamkan.

            Tantangan terbesar saat ini adalah apabila ingin menang di masa depan, maka kompetisi yang kita hadapi adalah kompetisi sumber daya manusia. Indonesia kini kalah bukan karena tidak mampu, namun karena tidak mempersiapkan diri. Anak-anak di Indonesia yang masuk SD tiap tahun berjumlah sekitar 5,6 juta pertahun, sedangkan yang lulus SMA berjumlah sekitar 2,3 juta per tahun dan lulusan perguruan tinggi berjumlah sekitar 1,1 juta hingga 1,3 juta. “Berapa juta yang hilang di jalan? Apakah dengan kondisi pendidikan seperti ini kita akan bersaing dengan dunia?” tegas Beliau. Negara ini perlu lebih fokus pada pengembangan kompetensi manusianya, terutama bagi para pemuda, karena jika manusia-manusia Indonesia berkualitas, Indonesia akan mampu berbicara banyak di pentas Internasional.

            ”We have to do some thing, we have to act” tegas Beliau menutup materinya. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada saat sesi tanya jawab, Anies Baswedan Ph.D. kembali berpesan bahwa pemuda harus senantiasa berpikir positif dan juga berpikir out of the box atau dengan pandangan yang berbeda namun tetap positif. Sehingga akan muncul ide-ide dan terobosan-terobosan baru untuk Indonesia yang lebih baik. Jangan memilih jalan yang datar, apalagi jalan yang menurun karena itu nyaman. Anda harus memilih jalan yang mendaki dan berat karena dengan begitu Anda akan sampai di puncak-puncak baru. Anda juga harus memiliki integritas, yakni berkata, bersikap dan bertindak jujur serta berpihak pada nilai yang benar dan kepentingan publik. “Jadilah Kita orang yang baik, sehingga kita dapat membuat sejarah yang baik bagi Indonesia”, pesan moderator Dr. Asfi Manzilati, SE., ME. ketika menutup sesi materi.

            Sebelum menutup kegiatan ini, pembawa acara sempat memberi pernyataan, “Jika Kita ingin suatu Bangsa di masa yang akan datang, lihatlah pemudanya saat ini. Oleh karena itu Kita memiliki tanggung jawab yang besar untuk Indonesia tercinta dengan terus bergerak dan terus peduli untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi”. Maka dari itu para pemuda segeralah peduli, berpikir dan bergerak untuk kepentingan bersama, untuk negeri Kita tercinta, demi terwujudnya Indonesia yang lebih baik. “Berbuat untuk Indonesia, Mengabdi untuk Negeri”.

0 comment:

Posting Komentar

Copyright © Crow - Post